Minggu, 20 Februari 2011

Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW

"Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW"

Oleh: Lindawati (santri Darussalam)

Salah satu fungsi adanya peringatan maulid Nabi Muhammad SAW ini adalah mengambil keteladanan Nabi Muhammad SAW yang telah mengeluarkan ummat manusia dan lembah kemiskinan harta, kemiskinan ilmu, kemelaratan mental (akhlak) maupun spritual (hakekat uluhiyah dan rububiyah), serta kemiskinan komunikasi (ukhuwwah). Muhammad SAW mengentaskan ummat dari kemiskinan harta dengan memacu kepada usaha individu dengan memberi bibit untuk ditanam bukan menyediakan nasi untuk dimakan. Petunjuk yang tersirat dalam beberapa sabda Rasulullah SAW. Di antaranya:  
"Bekerjalah kamu untuk duniamu seakan-akan-akan hidup selamanya dan berusahalah kamu untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati esok hari."  (HR. Ibnu ‘Asakir)

Dalam kehidupannya Rasulullah telah memberi contoh, tidak pernah menolak pengemis yang datang ke rumahnya. Bahkan sering para pengemis diberi bibit kurma untuk ditanam sehingga sang pengemis dapat memberi makan anak cucunya. Rasulullah SAW sangat menghargai makna sebuah kerja. Etos kerja Islam merupakan manifestasi kepercayaan muslim yang memiliki kaitan dengan tujuan hidup yang hakiki, yaitu ridha Allah SWT dalam meraih prestasi di Dunia dan Akhirat.

Nabi Muhammad SAW mendorong ummat agar tidak miskin ilmu. Beberapa pesan Rasulullah SAW mengingatkan,  
“Barangsiapa yang menginginkan dunia haruslah dengan ilmu, dan barang siapa yajig menginginkan akhirat haruslah dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kedua-keduanya haruslah dengan ilmu”. (HR. Muttafaqun ‘Alaih).

Di atas semua itu, dengan ilmu yang diredhai Allah maka seseorang dianggap sebagai pewaris Nabi, dan dengan ilmu kebahagiaan di dunia akhirat dapat di raih. Nabi Muhammad Saw mendorong agar manusia tidak menjadi miskin mental. Apabila jiwa atau mental sehat, memancar bayangan kesehatan itu pada perilaku kehidupan sehari-hari. Risalah Islamiyah adalah suatu anugerah bagi ummat manusia. Nabi Muhammad SAW telah berhasil membawa masyarakat jahiliyah yang miskin mental menjadi masyarakat yang luhur, berakhlak. memiliki sopan santun dan tata krama dalam pergaulan dan penuh peradaban, dengan menghidupkan empat sikap utama.

Pertama, Syaja’ah artinya berani pada kebenaran dan takut pada kesalahan dan dosa. Selanjutnya, Iffah artinya pandai menjaga kehormatan diri lahiriah dan batiniyah. Kemudian, Hikmah artinya tahu rahasia diri dan pengalaman hidup, dan terakhir adalah ‘Adalah artinya adil walaupun pada diri sendiri. Muhammad SAW adalah figur teladan yang mesti diidolakan kaum muslimin. Setiap langkahnya selalu dibawah kontrol Ilahi. Tindakan dan ucapannya adalah mutiara berharga, menjadi landasan pemebentukan akhlak ummatnya dalam berbuat dan menjadi hukum yang ditaati. Tiada seorangpun yang dapat meragukan keagungan peribadi Rasulullah SAW.  eperibadiannya menjadi contoh teladan dalam segala hal. Rasulullah sebagai seorang suami yang teladan, sebagai ayah teladan, sebagai guru teladan, sebagai tokoh teladan, sebagai abli strategi teladan, sebagai ahli ekonomi teladan, sebagai pejuang hak-bak asasi manusia teladan, dan sebagai kepala negara yang teladan. Keteladanan Muhammad SAW mampu mereformasi sistem dan tatanan yang ada, ke arah yang lebih baik dan tujuan yang mulia, yakni baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur (negeri yanq makmur dan penuh ampunan Tuhan).

Nilai-nilai keteladanan tersebut hendaknya menjadi warisan yang paling berharga bagi kita ummat manusia, tanpa terkecuali. Setiap langkah yang kita ayunkan, setiap nawaitu yang kita bulatkan, setiap pernyataan yang kita ikrarkan dan setiap perbuatan yang kita lakukan merupakan cerminan dan keteladanan RasululIah saw. yang mesti diterapkan dalam kehidupan. Maka dalam upaya mengikuti ajaran beliau, semestinya sifat beliau menjadi jatidiri seorang muslim. Di antara sifat mulia yang beliau miliki adalah sifat shiddiq, sehingga Rasulullah SAW. diberi gelar Al Amin (orang yang dapat dipercaya). Shidiq (as shidqu) artinya benar atau jujur, lawan dan dusta atau bohong (al kidzbu).

Seorang muslim dituntut memiliki sifat shidiq; dalam keadaan benar lahir maupun batin. Sifat shidiq yang utama adalah Shidqul qalb, yaitu benar hati atau kejujuran hati nurani, hanya dapat dicapai jika hati dihiasi dengan iman kepada Allah SWT dan bersih dan segala macam penyakit hati. Sifat ini akan mencapai kematangan bila didukung dengan sifat ihsan. Selanjutnya Shidqul hadits, yaitu benar atau jujur dalam ucapan dan perkataan. Seseorang dapat dikatakan jujur dalam perkataan apabila semua yang diucapkannya adalah suatu kebenaran bukan kebatilan. Di samping itu perlu ada Shidqul ‘amal, yaitu benar perbuatan atau beramal shaleh sesuai dengan syari’at Islam.

Sifat shidiq mengantarkan seseorang ke pintu gerbang kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat, sesuai firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 177. Rasulullah saw bersabda:
“Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa ke surga. Seseorang sang telah jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebaqai seorarig yang jujur (shidiq). Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka. Oranq yang se1a1u berbohonq dan mencari-cari kebohongan, akan ditulis oleh Allah sebaqai pembohonq (kadzdzab)”. (HR. Bukhari).

Sifat shidiq adalah “tambang emas” dalam diri seseorang yang sangat berharga.

Dengan adanya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini, seluruh ummat muslim diharapkan mampu mengambil hikmah dari segala sepak terjang Nabi Muhammad ketika masih hidup.

Sumber : http://moderndarussalam.wordpress.com/2010/05/11/hikmah-maulid-nabi-muhammad-saw/


Hikmah Maulid, Jadilah Pemimpin Yang Jujur dan Bertanggung Jawab

Disetiap kita mengingat sosok Nabi Besar Muhammad SAW terutama di saat peringatan Maulid setiap tahun dimana sering deceritakan ulang tentang latar belakang beliau serta perjalanan hidup juga kesehariannya. Disaat itu pula kita menjadi semakin rindu dengan sosok beliau, apalagi ditengah kedangkalan akhlak serta budi pekerti yang merosot saat ini, kita sangat merindukan sosok pemimpin sebagaimana sosok bijaksana dari Nabi Muhammad.

Salah satu sikap mulia yang lekat dengan pribadi Nabi Muhammad adalah kejujuran dan tanggung jawab. Berkat dua hal itulah, Muhammad diganjar dengan julukan Al Amin oleh masyarakat setempat, baik pengikutnya maupun yang memusuhinya. Selain bakat kepemimpinan yang menonjol, sejak belia Nabi sudah terlibat gerakan moral Hilful Fudul atau sumpah keutamaan. Itulah gerakan demi membela keadilan dan kebenaran kepada siapa pun.

Jujur, berani menanggung risiko, dan bertanggung jawab itulah warisan mulia kepemimpinan Nabi yang mestinya ditauladani para pemimpin dan elite kita. Faktanya, amat susah menemukan elite kiita bersikap dan berperilaku mencontoh Nabi. Menemukan kejujuran saja misalnya, sudah sesulit mencari jarum dalam tumpukan jerami. Padahal, kejujuran saja belum cukup untuk menjadi modal bagi pemimpin.

Fakta sulitnya menemukan kejujuran itu berbanding terbalik dengan anjuran meneladani sikap dan perbuatan Nabi. Di mimbar-mimbar maupun dalam teks-teks tulisan, hampir saban waktu kita mendengar para pemimpin dan penganjur mengajak kita mencontoh sikap dan perilaku Muhammad.

Akan tetapi yang kita jumpai hari-hari ini justru kian lekatnya hipokrisi atas fakta yang sudah telanjang. Soal pro dan kontra penyebutan nama dalam pandangan akhir Pansus Angket Bank Century, misalnya, menunjukkan bahwa kejujuran masih terus dikalahkan oleh kepentingan sempit yang bersifat jangka pendek.

Mengapa sekadar menyebut nama yang dalam pokok perkara sudah terang-benderang dinyatakan bermasalah mesti diperdebatkan? Bukankah kalau ada kesalahan mesti ada nama yang bertanggung jawab? Menjadi pemimpin yang menempatkan Nabi Muhammad sebagai teladan mestinya berani mengambil risiko dan bertanggung jawab. Bukan sebaliknya, buang badan dan melemparkan tanggung jawab itu kepada anak buah. Bukan pula pemimpin yang gemar menyebut orang lain telah memfitnah, padahal yang hendak disuarakan oleh orang itu adalah kebenaran.

Maulid Nabi bukan sekadar peringatan untuk seruan. Maulid Nabi juga merupakan momentum untuk merenung dan mulai berbuat sesuai apa yang diajarkan dan diperbuat oleh Nabi. Untuk para pemimpin di negeri ini, Maulid Nabi mestinya menggerakkan mereka untuk jujur, berani mengambil risiko, dan bertanggung jawab.

Sumber : http://komitekeperawatanrsdsoreang.blogspot.com/2011/01/hikmah-maulid-jadilah-pemimpin-yang.html


Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)

Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...

Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan... Amin
Wassalam...

Semoga Bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya... Amin
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...

Catatan :
Lampirkan Sumbernya ya... Syukron

Tidak ada komentar:

Posting Komentar